Haruskah Indonesia Melakukan Redominasi

 Apa itu Redenominasi?


Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar. Ketika angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. 


Alasan Indonesia Melakukan Redenominasi? 


Dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan handal, Bank Indonesia melakukan redenominasi. Redenominasi rupiah menentukan salah satu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga keselarasan sistem pembayaran di Indonesia. Berikut ini alasan redenominasi rupiah.

1.Uang pecahan Indonesia yang terbesar

Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp100.000 yang merupakan pecahan terbesar kedua di dunia setelah mata uang Dong Vietnam yang pernah mencetak 500.000 dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah mencetak 100 triliun dolar Zimbabwe dalam 1 lembar mata uang.

2.Munculnya keresahan atas status rupiah yang terlalu rendah dibandingkan mata uang lainnya

misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global lainnya, bukan dalam hal substansi, melainkan identitas karena kekuatan mata uang Indonesia relatif stabil, cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga (1 digit), investasi juga tidak ada persoalan, kinerja ekonomi Indonesia baik.

3.Pecahan uang Indonesia yang selalu besar akan menimbulkan ketidakefisienan dan ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi

 karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.

4.Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015

Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan bahwa pada masa lalu, suatu negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik.

Berberapa negara gagal melakukan redenomisasi

Rusia



Upaya redenominasi yang dilakukan di Rusia rupanya tidak berjalan sesuai rencana. Lagi, kurangnya persiapan, waktu yang tidak tepat masih menjadi alasan mengapa hal tersebut terjadi. Akibatnya keuangan dan kurs asing di negara itu jadi terjun bebas. Selain itu kurangnya sosialisasi terhadap rakyat menjadi faktor lain gagalnya kebijakan itu. Akhirnya warga Rusia malah memberikan sentimen negatif pada pemerintahannya yang dianggap merampok keuangan penduduknya. Akhirnya selama beberapa tahun Rusia harus memperbaiki keuangannya sampai seperti sekarang ini

Korea Utara


Ternyata hal serupa juga terjadi di negara pimpinan Kim Jong Un ini. Kurangnya persiapan membuat perekonomian Korea Utara menjadi sangat terpuruk. Diketahui kalau pemerintahan waktu itu secara sepihak melakukan redenominasi pada mata uangnya. Namun tidak adanya uang pengganti membuat redenominasi yang dilakukan malah memperkeruh keuangan negara. Selain itu faktor waktu yang tepat juga mempengaruhinya. Usut punya usut, keadaan keuangan Korea Utara waktu itu sedang kacau balau namun pihak penguasa tetap melaksanakan redenomisasi ini.




Negara yang berhasil melakukan redenominasi

Jika ada yang gagal pasti ada yang berhasil apa saja contohnya? 


Bulgaria


Negara yang satu ini sudah dulu melakukan redenominasi mata uangnya ketimbang yang lain. Seolah tanpa adanya masalah, dunia dikejutkan karena mata uang di negara ini tiba-tiba berbeda. Ya Bulgaria berhasil melakukan redenominasi dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun. Keberhasilan Bulgaria ini ditengarai karena kesiapan yang matang dari negaranya dan saat yang tepat melakukan kebijakan itu. Ya, pada waktu itu perekonomian Bulgaria sangat stabil jadi bukan hal yang aneh kalau redenominasi negara ini seolah tanpa kendala.


Turki 


Lain cerita di negara dua benua yang satu ini. Sebuah langkah yang tepat dilakukan negara ini dengan melakukan redenominasi pada mata uangnya. Persiapan Turki dalam menyediakan uang dan sosialisasi dianggap cukup. Selain itu, Turki juga melakukan redenominasi dalam dua tahap. Dalam beberapa tahun pertama Turki memberlakukan dua mata uang,yang belum dan sudah diredenominasi. Saat rakyat mulai terbiasa, barulah Turki akhirnya menarik semua uang lama yang beredar melalui bank. Dengan cara tersebut negara dua benua ini berhasil memangkal enam angka nol di mata uangnya yang dulu, jadinya 1000000 Lira lama= 1 Lira sekarang.




Akhir:


Dari beberapa negara tersebut kita jadi paham kalau tidak mudah untuk melakukan kebijakan redenominasi ini. Indonesia harus memiliki kesiapan ekstra dan perekonomian stabil jika melakukannya. Jangan sampai kebijakan yang niatnya akan menguntungkan negara malah akan jadi boomerang. Lagipula, jangankan redenominasi, uang baru saja belum banyak kok yang menikmatinya.

Posting Komentar

0 Komentar